[Phone call]
[Irfan]
Yey, sekarang ku ingin berkata
Tentang rasa ku tentang cinta
Ku ingin bicara tentang kita
Ku hanya ingin empat mata
Kata kata ku siapkan
Nyali bodo amat deg degan
Hilangin keringat stay cool penampilan
Berharap kau datang muncul sebuah senyuman
Waktu pulang sudah telat
Matahari terbenam sudah terlihat
Tapi tak sekali bayanganmu tersirat
Ada yang tak enak ku sebut firasat
Langsung ku cek cek whatsapp dan line
Ku lihat di whatsapp kamu sedang online
Tak diberi respon macam hotline
Tiba tiba kamu off, oh sh** youre offline
Let's call, pake vid call
Gak diangkat angkat, aku coba free call
Aku masih semangat aku pencet recall
Ulang untuk coba aku coba paidcall
Nada masuk tersambung
Perasaanku melambung
Ya Tuhan tolong jangan jadikan ini sebagai penghujunng
Gak dijawab ku gak hopeless
Sekarang ku coba lewat sms
Semoga kamunya ngebales
Karena kamu yang paling the best!
Ku tanya jadi foto ga?
Sekarang kamu dimana
Pulangnya bareng siapa
Cepet turun udah hampir isya
Kulihat pesan ada dua
Satu mama, satunya siapa?
Wes, ternyata itu anda
Cepat kubuka untuk aku baca
Maaf ku di rumah
Buru buru pulang aku agak lelah
Tadi pulang sih dijemput papa
Fotonya mah kapan kapan aja
[Phone call]
[Irfan]
Coba melupakan
Itu masa lalu yaudah biarkan
Tapi namanya juga perasaan
Kadang kadang muncul datengnya dadakan
Kita masih sekelas
Kalo kamu lewat inget momen lawas
Ingin menyapa aku tidak malas
Aku cuma takut kamu tak membalas
Cari momen yang tepat
Sekarang butuh kiat kiat
Untuk lupakan dengan waktu singkat
Karena aku pikir kamu itu jahat
Ya benar benar parah
Hati menolak ku gelisah
Aku bukan cowok yang muna
Kuingin lupakan tapi masih cinta
Akhirnya aku sudah lepas
Perasaan ku mulai bebas
But, wait ini gak impas
Kamu jadian sama temen sekelas?!
Kok bisa secepet itu?
Emang dasar kamunya yang palsu
Dulu nya ngomong 'Aku-Kamu'
Sekarang kagak, kitanya membisu
[Silentboy]
Lupakan dua hati yang menjadi satu
Keringat masa lalu yang telah tersapu
Rasa dulu hanya bikin jadi ragu
Simpan topengmu, buat doi yang baru
Gausah pasang dua muka
Panjang lebar semua itu tipu belaka
Hanya bisa membuat hati menjadi luka
Membuang buang waktu dari hati yang telah buta
Buang rasa ini yang telah terbakar
Rasa benci di hati yang semakin berakar
Beranjak datar, tawar, tak menjadi getar
Semakin berpijar, tak lagi terdengar
Terlalu capek diriku tuk menunggu
Deketin setahun ditikung seminggu
Biasa aja sih, gue gak kaku
Udah biasa selalu sering ketipu